Wednesday, September 28, 2011

Sharing and Spreading this Inspiration !

Surat Dalai Lama ke Babakan Siliwangi

Dalai Lama. AP Photo



TEMPO Interaktif, - Penggalan puisi A Precius Human Life itu kiriman Dalai Lama, lengkap dengan fotonya yang dicetak di selembar kartu dengan tanda tanganya.

Every day, think as you wake up,
Today I am fortunate to have woken up,
I am alive, I have a precious human life.

Ratusan surat lain tergantung di dalam limas piramida tembus pandang berukuran panjang tiap sisi 5 meter dengan tinggi 3,5 meter. Sekitar 300 lembar kertasnya memuat foto, pesan tertulis, dan lukisan itu digelar di halaman Sanggar Olah Seni (SOS) Babakan Siliwangi, Bandung, mulai 24 September hingga 3 Oktober 2011. Bertema "Peace, Journey to the East," koleksi surat pada International Mail Art Exhibition kedua itu berasal dari sederet tokoh politik dan perdamaian, sastrawan, seniman, atlet, hingga selebritas dunia.

Para tokoh itu, antara lain, adalah penulis Paulo Coelho, Jacky Collins, Presiden Yunani, Gubernur California Arnold Schwarzenegger, Presiden Israel Simon Perez, mantan Presiden George Bush, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kartu mereka berdampingan dengan kiriman surat dari atlet Mika Duno, Pele, Boris Becker, Joseph Blatter, Miss Universe 2009 Stefania Fernandez, aktris Nichole Kidman, Shu Qi, John Travolta, Al Jarreau, Elizabeth Taylor, dan Jacky Chan.

Sebagian besar tokoh terkenal dunia itu umumnya memakai surat beserta foto diri dalam gaya formal dan potret. Puluhan seniman, seperti dari Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Cili, Cina, Kolombia, dan Italia, memilih cara lain. Ada yang melukis suratnya atau membuat kolase gambar. Tak hanya memakai kertas, seorang seniman Italia, Roberto Barlati, misalnya, melukis di atas plastik pembungkus barang elektronik.

Pameran yang digagas Evie Satijadi, Toni Antonius, dan Deden Sambas dari Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi itu diadakan dua tahun sekali. Permintaan kiriman itu ke kotak surat 6622 dimulai sejak tahun lalu lewat surat elektronik. "Surat balasan yang masuk hampir setengahnya," kata Toni di sela-sela pembukaan pameran pada Ahad, 25 September 2011. Sebelumnya, tema yang diangkat berjudul "From the World with Love".

Menurut Toni, pameran ini menampilkan jenis karya seni rupa lain dalam bentuk surat. Panitia membebaskan bentuk ekspresi seni dan tanggapan pengirimnya. "Secara visual dari setiap pengirim dan seniman punya sentuhan yang orisinil. Gambar di sehelai surat tentu akan berbeda dengan di kanvas atau pesanan orang," ujarnya.

Surat dinilai makin berharga karena telah melewati perjalanan panjang. Kiriman yang tiba dalam kondisi rusak, lecek, sobek, dicoret-coret, bahkan terkena sensor petugas pos, seperti gambar perempuan telanjang, menjadi nilai lebih dari seni surat ini.

Menurut Deden Sambas, seni surat memang kurang dikenal di Indonesia, tapi di luar negeri cukup populer untuk menjalin jejaring dan dukungan tokoh dunia serta seniman terhadap isu tertentu. Misalnya untuk kepedulian terhadap veteran perang di Jerman baru-baru ini.

Pada pameran kali ini, kata Deden, tema perdamaian disuarakan secara global. Bagi Bandung dan Sanggar Olah Seni sendiri, jaringan dan dukungan luas dibutuhkan untuk isu lingkungan yang kembali menghangat, yaitu kontroversi pembangunan rumah makan di kawasan hutan kota Babakan Siliwangi. Sanggar yang berdiri sejak lama di pinggir hutan itu terancam tergusur.

ANWAR SISWADI

http://www.tempointeraktif.com/hg/seni/2011/09/26/brk,20110926-358317,id.html

No comments:

Post a Comment